Pages

Ads 468x60px

Selasa, 20 Desember 2016

AMIN BILAMBIKA: SETITIK HITAM KALAHKAN SELEMBAR PUTIH


“Seandainya aku melakukan kebenaran sembilan puluh sembilan kali dan melakukan kesalahan sekali, sungguh manusia akan menghitung-hitung satu kesahalan tersebut.”
(Imam Asy Sya’bi)

 Ada seorang ibu rumah tangga. Dia melakukan pekerjaan rumah tangga dengan sebaik mungkin. Mencuci, memasak, membersihkan rumah, dan seabrek pekerjaan rumah yang sebenarnya tak akan ada habis. Dengan setulus hati dan rasa cinta yang dalam, dia merawat suami dan anak-anaknya. Keluarga terasa sangat harmonis.
Hingga suatu hari, meski dengan kepala yang pusing dan badan mengigil, dia tetap memaksakan diri memasak untuk disuguhkan kepada suaminya sepulang kerja petang nanti. Tanpa sengaja, dia melakukan kesalahan dengan memasukkan terlalu banyak garam sehingga makanannya terasa begitu asin. Dan apa yang terjadi? Dia dimaki-maki suaminya. Dihina. Dicerca. Dimarahi.
“Dasar istri b*d*h! Masak sayur aja keasinan kayak gini! Dasar nggak becus masak! Kamu ingin membunuhku dengan masakan asin ini, hah! Jangan-jangan kamu ada punya selingkuhan, jadi ingin membunuhku!”
Nah lo? Kok jadi ngawur sampai nyebut selingkuhan gitu? Tapi, hal itu bisa terjadi lho!
Kalau kita amati, sebenarnya permasalahan yang terjadi di atas adalah permasalahan yang sangat sepele. Hanya karena kurang teliti memasukan garam pada masakan, masak berujung pada pertengkaran, bahkan perceraian! Padahal telah banyak kebaikan yang telah dilakukan si istri tersebut.
Itulah yang sering terjadi pada diri kita, Kawan! Kita sering melupakan begitu banyak kebaikan yang telah dilakukan orang lain hanya gara-gara satu kesalahan yang terkadang itu sangat sepele. Padahal kalau kita pikirkan baik-baik, kita juga bisa melakukan kesalahan seperti apa yang dilakukan orang lain tersebut. Apabila kita yang melakukan kesalahan tersebut, apakah kita akan menghakimi diri kita seperti kita menghakimi orang lain? Belum tentu juga sang suami bisa memasak seperti istrinya. Malah mungkin tidak bisa memasak sama sekali.
Kawan, manusiawi kita adalah makhluk yang tak pernah lepas dari salah dan khilaf. Tentu untuk menyikapi itu semua kita diajarkan untuk sabar dan saling memaafkan. Andai sang suami bisa sabar dan memaafkan, tentu makian itu tak akan terlontarkan. Padahal masakan bisa dimasak kembali, bukan?
Tahan emosimu dan cobalah berpikir positif! Itu yang harus kita lakukan apabila menghadapi kesalahan yang dilakukan orang lain. Coba kita cari tahu dahulu, apa penyebab kesalahan itu terjadi. Dan belajarlah untuk mengerti apa yang terjadi dengan orang itu sehingga dia melakukan kesalahan. Bayangkan jika itu terjadi pada diri kita! Mungkin itu bisa membantu kita untuk mudah memahami. Cobalah bicarakan secara baik dengannya. Itu lebih baik daripada langsung melontarkan makian. Karena makian sama saja dengan membunuh orang itu! Dan akhirnya, belajarnya untuk memaafkan. Nah, kalau sudah gini kan, indah jadinya.
Namun, begitulah hakikat manusia, selalu lebih tampak yang salah ketimbang yang baik. Seperti ketika melihat selembar kertas, maka kertas itu akan disebut selembar kertas putih. Tapi, setelah dititiki setitik tinta hitam, kertas yang putih akan berganti nama dengan kertas bertitik hitam. Padahal masih lebih banyak warna putih daripada warna hitam.
Satu kesalahan akan merusak banyak kebaikan, itulah makna yang diungkapkan oleh Imam Asy Sya’bi pada kalimat di awal tadi. Namun, hanya diri kita sendiri yang bisa mengontrol apakah kita akan selamanya terpuruk dalam pemikiran ‘Setitik Hitam Kalahkan Selembar Putih’. Kunci keluarnya adalah harus sabar, bisa memahami, dan belajar memaafkan.

Kalau sudah begitu, jadi manis kan rasanya. [ ]
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Statistik Pengunjung

Flag Counter