Pages

Ads 468x60px

Jumat, 18 November 2016

PUISI DAVIATUL UMAM: ELEGI PERPISAHAN


Puisi I
ELEGI PERPISAHAN

separuh bulan
separuh hati di kejauhan

gemintang padam
diam-diam malam merajam

angin bertutur
seketika daunan gugur

pengkhianatan menusuk
kesetiaan jadi busuk

petualangan berakhir
darah april membanjir

oh kasih ah sayang
betapa dunia malang

kau melangkah pergi
sunyi mengancam mati

aku ditelan ikrar
dan kenangan yang terbakar

jiwa sudah abu
hanya mampu merindu

jauhlah kau jauh
doakan aku kembali utuh


Sumenep, 2016.




Puisi II
MENUNGGU HAWA

hawa mana bermalam
adammu ditikam kelam

sekujur rindu berlumur darah
sepi kalbu mengubur tabah

bila hujan merayu
badai berahi menggebu-gebu

bila gersang merangsang
basah ranjang terbayang-bayang

banyak mawar menyamar dikau
duri-durinya menggelar risau

zikir-doa kini kuembuskan
mengemis jiwamu semanis impian

duhai hawa purnama surga
segera tiba terangi usia

melayari cinta hakiki
berlabuh ke pangkuan ilahi


Sumenep, 2016.




Puisi III
KEHILANGAN

mata ibu tak sebiru pagi
alam pecah ditindas sunyi

air susu memanggil-manggil
tiga bayi kemana menggigil

sekian tempat tercium perih
tangisan batin semakin mendidih

dalam sendu bertanya lugu
“dimanakah anak-anakku?”

“mereka dibuang!”
ah bahasaku melayang

ia terus menjerit mengeong-ngeong
malang nasib tak tertolong


Sumenep, 2016.


BIODATA
Daviatul Umam, lahir di Sumenep, 18 September 1996. Alumni PP. Annuqayah daerah Lubangsa ini merupakan mantan Ketua Umum Sanggar Andalas, sekaligus aktivis beberapa komunitas teater dan sastra lainnya. Sebagian karyanya dipublikasikan di sejumlah buku antologi bersama serta media cetak dan online. Sesekali juga dinobatkan sebagai juara atau nominasi di antara sekian lomba cipta puisi, baik lokal maupun nasional. Kini berdomisili di Poteran Talango Sumenep-Madura. Bisa dikunjungi di darahpoteran.blogspot.com




Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Statistik Pengunjung

Flag Counter